Hati
Nurani Sebagai Sumber Kesederajatan
Antar
Manusia Di Atas Keragaman Kehidupan Sosial Mahasiswa Universitas
Negeri Yogyakarta
Makalah
ini disusun guna memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial
Budaya Dasar
Dosen :
Y.Ch. Nany S, M.Si
Oleh
: Kelompok 1
Arif Riyanto 11520241001
Zein Syahida Kusuma Putra11520241002
Hardika Dwi Hermawan 11520241004
Oktaviani Faizatul Khasanah 11520241005
Timur Rohimiasih 11520241006
Lalu Satriawan Kholid 11520241007
Arif Riyanto 11520241001
Zein Syahida Kusuma Putra11520241002
Hardika Dwi Hermawan 11520241004
Oktaviani Faizatul Khasanah 11520241005
Timur Rohimiasih 11520241006
Lalu Satriawan Kholid 11520241007
Pendidikan
Teknik Informatika / Pendidikan Teknik Elektronika
Fakultas
Teknik
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah Ilmu Sosial Budaya Dasar dengan judul “Hati
Nurani Sebagai Sumber Kesederajatan Antar Manusia Di Atas Keragaman Kehidupan
Sosial Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta “ dengan lancar.
Makalah yang mengandung tema Manusia, Kesederajatan, dan Keragaman ini,
kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar yang
diampu oleh Ibu Nany S.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nany S. yang telah memberikan
materi sekaligus membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini, dan juga kami
mengucapkan terima kasih kepada teman – teman dan seluruh pihak yang telah
mendukung kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan, baik dari segi penulisan maupun dari segi isi. Oleh
karena itu tidak lupa kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan
demi terwujudnya hasil yang lebih baik dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Yogyakarta, 13
September 2011
Penyusun
BAB I
Pendahuluan
Tidak dapat kita pungkiri, bahwasannya masyarakat Indonesia memiliki
keragaman ataupun pluralisme yang sangat
tinggi. Keragaman itu memuat aspek seperti keragaman, ras, suku
bangsa, ideologi, adat istiadat, agama atau
kepercayaan, norma-norma, bahkan di dalam aspek ekonomi sekalipun
kita memiliki keragaman. Namun, keragaman yang dimiliki masyarakat
Indonesia tersebut seharusnya tidaklah menjadi sebuah tembok
penghalang dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Hal itu
dikarenakan sebagai masyarakat Indonesia kita memiliki berbagai
indikator kesederajatan – cita-cita bangsa, kesederajatan hukum,
kedudukan di dalam pemerintahan, hak asasi, serta kita sebagai
masyarakat Indonesia yang memiliki pancasila sebagai dasar Negara,
kita diayomi dalam satu payung hukum NKRI, kita memiliki bahasa
persatuan, dan yang utama, kita sama-sama berdiri di bawah naungan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bentuk keragaman masyarakat
Indonesia sudah lama ada, hal itu dibuktikan dalam Kitab Sutasoma
yang menuliskan “ Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua “
yang artinya walaupun berbeda namun satu jua adanya sebab tidak ada
agama yang memiliki Tuhan yang berbeda. Pada saat itu, kehidupan
beragama antara masyarakat Hindu dan Budha berjalan lancar dan saling
menghormati.
Sudah sewajarnya dalam berkehidupan kita wajib saling menghormati dan
menghargai keragaman atau kemajemukan yang terdapat di dalam
kehidupan kita sehari-hari. Apalagi Tuhan juga
memandang sederajat semua hamba-Nya, yang kemudian membedakan
hanyalah ketaqwaannya.
- Latar Belakang
Salah satu bentuk keragaman yang jangkauannya lebih sempit adalah
keragaman yang terdapat dalam kehidupan sosial kita di kampus. Bentuk
keragaman itu sendiri bermacam-macam, menyangkut aspek ideologi,
sosial ekonomi, politik, agama, golongan, bahkan kelompok yang di
dalamnya, memiliki norma-norma yang berbeda
dan tidak jarang menimbulkan pertentangan.
Sebagai bagian dari civitas akademika Universitas Negeri Yogyakarta,
kita juga memiliki keragaman tersebut yang juga tidak sedikit yang
menimbulkan konflik atau pertentangan.
- Permasalahan
Konfik dalam kampus, khususnya Universitas Negeri
Yogyakarta dapat memecah-belahkan persatuan dan kesatuan mahasiswa
UNY itu sendiri, yang notabene memiliki
sebuah visi dan misi yang sama di bawah naungan UNY. Konflik
tersebut, lebih banyak terjadi karena perbedaan ideologi, pandangan,
ataupun norma-norma yang diterapkan masing-masing golongan dalam
kampus yang tidak disikapi dengan kedewasaan dalam berpikir dan
bertindak, menjadi evaluasi bagi seluruh civitas akademika
Universitas Negeri Yogyakarta. Salah satu wujud konflik tersebut
dapat dilihat pada saat pelaksanaan ospek Universitas Negeri
Yogyakarta pada awal Agustus 2011 lalu. Konflik yang terjadi bukan
hanya memecah-belahkan persatuan dan kesatuan, tetapi juga dapat
berdampak buruk bagi keberlangsungan kehidupan sosial mahasiswa UNY
di dalam menjalankan aktivitas kampusnya. Hal ini tercermin dalam
interaksi yang terjadi antara beberapa fakultas yang menunjukan
adanya pertentangan dan ketidakharmonisan hubungan.
Kita semua adalah satu keluarga, yaitu keluarga besar Universitas
Negeri Yogyakarta, sebagai keluarga sudah menjadi keharusan bahwa
kita harus menjaga keutuhan keluarga.
Bentuk keragaman yang tidak ditanggapi dengan hati
nurani tersebutlah yang dapat menimbulkan konflik berkepanjangan.
Sebenarnya apa yang harus dibenahi seluruh komponen civitas akademika
UNY, agar dapat mewujudkan keharmonisan hubungan sosial di dalam
kampus di atas keragaman mahasiswa?
Dalam makalah ini kami mencoba memberikan gambaran mengenai
pentingnya hati nurani dalam menyikapi berbagai keberagaman dalam
kampus Universitas Negeri Yogyakarta tercinta ini.
BAB II
Pembahasan
- Kesederajatan Manusia
Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Jadi, kesetaraan
juga dapat disebut kesederajatan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), sederajat artinya sama tingkatan (kedudukan,
pangkat). Dengan demikian, kesetaraan atau kesederajatan menunjukkan
adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang
sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah antara satu sama
lain.1
Berdasarkan kutipan tersebut, kita mengetahui
bahwa sebagai mahasiswa kita juga memiliki kedudukan ataupun
tingkatan yang sama di dalam memperoleh hak-hak sesuai dengan rule
atau aturan yang diterapkan pihak Universitas. Kesederajatan sudah
seyogyanya menjadikan kita bersikap saling menghargai, menghormati
antar suatu kelompok yang terdapat dalam komponen kampus. Selain
kesederajatan tersebut, juga sudah menjadi takdir bahwa manusia
memiliki kesetaraan dimata Sang Pencipta. Sang Pencipta tidaklah akan
memandang apa kedudukan, jabatan, ataupun tingkatan manusia itu di
dalam struktur sosial masyarakat, melainkan ketaqwaannyalah yang
membedakan manusia yang satu dengan yang lainnya. Itulah salah satu
bentuk prinsip kesederajatan yang sepatutnya dianut oleh setiap
individu agar terwujudnya kehidupan yang tertib dan harmonis.
Oleh karena itu, dapat kita pahami bahwa
kesederajatan adalah suatu sikap mengakui
adanya persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban
sebagai sesama manusia. Implikasi selanjutnya adalah perlunya jaminan
akan hak-hak itu agar setiap manusia bisa merealisasikan serta
perlunya merumuskan sejumlah kewajiban-kewajiban agar semua bisa
melaksanakan agar tercipta tertib kehidupan. 1
- Keragaman
- Keragaman Mayarakat Indonesia
Keragaman berasal dari kata ragam yang menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) artinya : 1) tingkah laku; 2) macam, jenis; 3) lagu:
music; langgam; 4) warna, corak, ragi; 5) (ling) laras (tata bahasa).
Sehingga keragaman berarti perihal beragam-ragam: berjenis-jenis:
berjenis-jenis; perihal ragam; hal jenis. 2
Keragaman adalah sebuah realita atau fakta yang
terdapat dalam komponen masyarakat Indonesia. Keragaman Masyarakat
Indonesia terdapat pada beranekaragamnya suku bangsa, ras, agama atau
kepercayaan, ideologi, adat kesopanan, serta situasi ekonomi.
Keragaman Indonesia merupakan sebuah anugrah besar
yang diberikan Sang Pencipta terhadap Indonesia.
“Jakarta (ANTARA News) - Kurang dari dua bulan, jumlah pengunjung
paviliun Indonesia pada ajang bergengsi "World Expo" di
Shanghai, China, telah menembus angka dua juta orang.”
“Salah satu keragaman dari Indonesia yang
berpenduduk sekitar 240 juta jiwa adalah perbedaan suku dan bahasa.
Jumlah suku mencapai 300 dan 500 bahasa daerah.”
"Keragaman itulah yang mewarnai perjalanan Indonesia hingga saat
ini, menjadi warga dunia yang mengikuti perkembangan pengetahuan dan
teknologi, namun tetap santun dengan alam," kata Wakil Direktur
Paviliun Indonesia Pratito Soeharyo menjelaskan konsep yang diusung
Indonesia pada Pameran Dunia itu.” 2
Itulah salah satu bukti nyata bahwa kita sebagai
masyarakat Indonesia sudah sepatutnya bersyukur dan menghargai
keberagaman yang dimiliki. Warga dunia saja begitu tergoda dengan
keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia, sebagai masyarakat
Indonesia kita harus lebih bangga dan menjadikannya sebuah energi
positive agar tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa di atas
berbagai keragaman yang kita miliki. Keragaman tidak akan
menjadi masalah jika kita menyikapinya dengan benar dan sesuai dengan
kaidah-kaidah yang relevan.
Kerusuhan sosial dan tindakan represif dari berbagai institusi,
berkali-kali menghapus fakta keanekaragaman di negeri ini. Padahal,
keanekaragaman adalah fakta. Fakta keanekaragaman memang sesuatu yang
dilematis. Di satu sisi, keberagaman adalah sebuah fenomena nyata
yang tidak mungkin diingkari. Tapi di sisi yang lain, ada sebuah misi
persatuan di bawah payung NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)
yang juga harus dijunjung tinggi.3
- Keragaman Mahasiswa UNY
Realitas yang terjadi dalam lingkungan Universitas
Negeri Yogyakarta harus diakui dengan sikap terbuka, logis, dan
dewasa, karena dengannya keragaman yang ada dapat dipertumpul. Jika
keterbukaan dan kedewasaan sikap dikesampingkan besar kemungkinan
tercipta masalah-masalah yang menggoyahkan persatuan dan kesatuan
mahasiswa, seperti :4
- Disharmonisasi, adalah tidak adanya penyesuaian atas keragaman antara manusia dengan dunia lingkungannya.
- Perilaku diskriminatif terhadap etnis atau kelompok masyarakat tertentu akan memunculkan masalah yang lain.
- Ekskusivisme, rasialis bersumber dari superioritas diri, alasannya dapat bermacam-macam antara lain keyakinannya bahwa secara kodrati, ras/sukunya, kelompoknya lebih tinggi dari ras/suku/kelompok lain.
Itu semua dapat kita hindari jika kita meletakan koridor kita dalam
posisi yang benar.
Realitas keragaman mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta dapat kita
lihat dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa keragaman yang terlihat
di lingkungan kampus Universitas negeri Yogyakarta adalah keragaman
suku bangsa dan ras seperti ras Mongoloid Melayu Muda (Deutero
Malayan Mongoloid) yang termasuk di dalamnya adalah masyarakat
Indonesia bagian barat mulai dari Sulawesi. Kecuali Batak dan Toraja
yang termasuk Mongoloid Melayu Tua (Proto Malayan Mongoloid).
Sebelah timur Indonesia termasuk ras Austroloid, termasuk bagian NTT.
Sedangkan keompok terbesar yang tidak termasuk kelompok pribumi
adalah golongan Cina yang termasuk Astratic Mongoloid.
Keragaman bahasa. Sebagai mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta
yang berasal dari berbagai penjuru pelosok Tanah Air bahkan sebagian
kecil ada yang berasal dari luar negeri, memiliki ciri khas
tersendiri, yang diantaranya adalah ciri bahasa yang digunakan.
Bahkan, dalam pengucapan bahasa Indonesia, masih sering kita dengar
pengucapan lafal yang masih mencirikan lafal kedaerahan. Keragaman
bahasa yang lebih sempit juga terdapat dalam bahasa Jawa, dimana
sering kita dengar beberapa mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta
yang menggunakan bahasa jawa sebagai bahasa kesehariannya namun
memiliki pelafalan yang berbeda. Seperti bahasa jawa yang digunakan
oleh masyarakat Purbalingga, Purwokerto, Banjarnegara, Cilacap,
Tegal, dan sekitarnya akan sedikit berbeda dengan bahasa jawa yang
digunakan oleh masyarakat Yogyakarta, Solo, Jawa Timur, dan
sekitarnya.
Masih banyak keragaman lain yang terdapat di dalamnya. Salah satu
keragaman yang sering menjadi permasalahan adalah keragaman ideologi
mahasiswa.
Mahasiswa Universitas Negeri
Yogyakarta memanglah heterogen. Seperti beberapa contoh keberagaman
yang telah dijelaskan diatas. Mahasiswa UNY juga tidak sedikit yang
berasal dari desa, ada yang berasal dari metropolitan, bahkan ada
yang besar dan tumbuh di luar negeri. Ada yang anak petani, anak
guru, anak anggota DPR, pegawai, bahkan sampai dengan pengusaha. Hal
itu tidaklah menjadi masalah ketika kampus menerima berbagai
mahasiswa dari berbagai latar belakang kehidupan.
- Hati Nurani
Dalam pandangan para sufi, hati yang lebih ditekankan pada makna
lathiifah rabbaniyah ruuhaniyyah adalah sesuatu yang menjadi tumpuan
pandangan Allah, sebagaimana disebutkan dalam Alquran, ”Tidak ada
dosanya jika kamu berbuat salah, kecuali jika hatimu menyengajanya.
Dan Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Mengasihi” (QS 33:5).5
Dalam bahasa Inggris, hati nurani artinya consciece. Kalau kata
consciece diterjemahbalik maka artinya menjadi suara hati, kata hati
atau hati nurani. Berdekatan dengan kata conscience, ada kata
conscious. Conscious artinya sadar, berkesadaran, atau kesadaran.
Disamping kedua kata ini, ada satu lagi yang berdekatan maknanya
yaitu intuition, intuition artinya gerak hati, lintasan hati, gerak
batin. 6
Consciece = Conscience is an ability or a faculty that distinguishes
whether one’s actions are right or wrong. It leads to feelings of
remorse when one does. Hati nurani adalah kemampuan atau fakultas
yang membedakan apakah salah satu dari tindakan apakah benar atau
salah. The moral sense of right and wrong, chiefly as it affects
one’s own behaviour; Consciousness; thinking; awareness, especially
self-awareness. Rasa moral tentang yang benar dan yang salah,
terutama karena akan mempengaruhi tingkah laku sendiri; Kesadaran;
berpikir; kesadaran, terutama kesadaran diri. Kesadaran juga berarti
peran kognitif diri yang memperjelas secara sadar di mana diri kita
saat ini dan bagaimana situasi lingkungan kita. Kajian-kajian yang
mendalam tentang hal ini dapat kita telusuri lebih jauh terutama di
dalam sains psikologi.6
- Arti Hati Nurani
Hati nurani merupakan penerapan kesadaran moral yang tumbuh dan
berkembang dalam hati manusia dalam situasi konkret. Suara hati
menilai suatu tindakan manusia benar atau salah , baik atau buruk.
Hati nurani tampil sebagai hakim yang baik dan jujur, walaupun dapat
keliru. Dalam hati, manusia sebelum bertindak atau melakukan sesuatu
, ia sudah mempunyai kesadaran atau pengetahuan umum bahwa ada yang
baik dan ada yang buruk. Setiap orang memiliki kesadaran moral
tersebut, walaupun kadar kesadarannya berbeda – beda. Pada
saat-saat menjelang suatu tindakan etis, pada saat itu kata hati akan
mengatakan perbuatan itu baik atau buruk. Jika perbuatan itu baik,
kata hati muncul sebagai suara yang menyuruh dan jika perbuatan itu
buruk, kata hati akan muncul sebagai suara yang melarang. Kata hati
yang muncul pada saat ini disebut prakata hati. Pada saat suatu
tindakan dijalankan, kata hati masih tetap bekerja, yakni menyuruh
atau melarang. Sesudah suatu tindakan, maka kata hati muncul sebagai
“hakim” yang memberi vonis. Untuk perbuatan yang baik, kata hati
akan memuji, sehingga membuat orang merasa bangga dan bahagia. Namun,
jika perbuatan itu buruk atau jahat, maka kata hati akan menyalahkan,
sehingga, orang merasa gelisah, malu, putus asa, menyesal.
- Fungsi Hati Nurani
Fungsi hati nurani yaitu sebagai pegangan, pedoman, atau norma untuk
menilai suatu tindakan, apakah tindakan itu baik atau buruk. Hati
nurani berfungsi sebagai pegangan atau peraturan-peraturan konkret di
dalam kehidupan sehari-hari dan menyadarkan manusia akan nilai dan
harga dirinya.
Sikap kita terhadap hati nurani adalah menghormati setiap suara hati yang keluar dari hati nurani kita. Mendengarkan dengan cermat dan teliti setiap bisikan hati nurani. Mempertimbangkan secara masak dan dengan pikiran sehat apa yang dikatakan hati nurani. Melaksanakan apa yang disuruh hati nurani.
Sikap kita terhadap hati nurani adalah menghormati setiap suara hati yang keluar dari hati nurani kita. Mendengarkan dengan cermat dan teliti setiap bisikan hati nurani. Mempertimbangkan secara masak dan dengan pikiran sehat apa yang dikatakan hati nurani. Melaksanakan apa yang disuruh hati nurani.
- Pentingnya Pembinaan Hati Nurani bagi Mahasiswa UNY
Dengan hati nurani yang baik dan benar, seseorang akan selalu
terdorong untuk bertindak melakukan kehendak Tuhan dan menuruti
norma-norma moral obyektif. Pembinaan hati nurani tidak hanya
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan seseorang tentang kebenaran
dan nilai-nilai, ataupun kemampuan untuk memecahkan dilema moral,
tetapi juga harus memasukkan ke dalamnya pembinaan karakter moral
seseorang secara lebih penuh. Pembinaan hati nurani merupakan upaya
yang hakiki agar manusia lebih mampu hidup dan bertindak sesuai
dengan bisikan hati hati nurani yang bisa dipertanggungjawabkan
secara moral. Melalui pembinaan hati nurani, manusia diharapkan bisa
terhindar dari kesesatan dalam pengambilan keputusan dan tindakan.
Dengan begitu, perbedaan ataupun keragaman tidak menjadi permasalahan
yang dapat memicu konflik.
Dalam hadis diungkapkan ”Sesungguh-nya Allah tidak memandang bentuk
dan tubuhmu, tetapi Dia memperhatikan hati dan perbuatanmu.” (HR
Muslim). Allah hanya memperhatikan hati, karena hati itulah yang
menjadi hakikat manusia. Karakter seseorang berbeda dengan yang lain
karena hatinya berbeda. Perbedaan itu pula yang menyebabkan perbedaan
dalam cara Allah memperlakukan sang hamba itu sendiri.7
Sebagai contoh, seseorang dengan hati nurani, melihat ada orang lain
yang patut ditolong pasti akan ditolongnya tanpa menghiraukan apa
jenis warna kulitnya dari bangsa atau kelompok mana yang ditolong itu
berasal. Dengan hati nurani juga manusia bisa berbuat baik untuk
seluruh mahluk yang ada di alam ini dengan memberi perlindungan
secara maksimal dengan menjaga keseimbangannya. Inilah manusia yang
dapat memberi rahmat atas alam ini, pembawa damai dan toleransi.
Contoh tersebut menjadi bukti begitu pentingnya hati nurani untuk
dijadikan pedoman dalam berbuat. Mahasiswa yang menggunakan hati
nurani dalam setiap melaksanakan aktivitasnya, berarti dia telah
turut berusaha agar menjadi insan yang bertaqwa, dalam sisi lain juga
turut berusaha mensukseskan visi UNY yaitu mencetak generasi-generasi
lulusan yang bertaqwa. Hal itu juga sejalan dengan tekad UNY guna
meningkatkan perannya dalam pengembangan pendidikan karakter menuju
universitas kelas dunia, sehingga dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat secara luas.
Jika hati nurani tersebut digunakan oleh seluruh komponen masyarakat
Universitas Negeri Yogyakarta, khususnya mahasiswa, keharmonisan
hubungan antar fakultas / kelompok / organisasi kampus, dan
sejenisnya dapat tetap terjaga dengan baik karena mereka akan
cenderung hidup saling menghargai, menghormati, dan cenderung akan
menjauhi hal-hal yang dapat menjadi pertentangan ataupun konflik yang
berkelanjutan.
Ibu Nurhayati Budiyanti dalam artikelnya berjudul “Ini Kampus
Pendidikan, Bung!” yang dimuat di Rema Post Edisi 5/Tahun
IV/Agustus 2010 mengungkapkan :
“Sebagai kampus pencetak guru, maka UNY berbeda dengan
kampus-kampus lain. Di sinilah pembentukan karakter menjadi sebuah
hal yang sangat ditekankan. Bagaimana jika karakter para guru bobrok?
Hukum alam mengatakan muridnya akan lebih bobrok. Meskipun guru bukan
dewa atau malaikat yang suci dari kesalahan, namun seorang guru mesti
memiliki karakter ideal yang nantinya menjadi panutan muridnya. Maka,
kampus ini menjadi kawah candradimuka dalam pembentukan karakter,
sesuai dengan visi UNY mewujudkan insan yang bernurani, cendekia, dan
mandiri.”
Kutipan tersebut menjadi bukti, bahwa sudah menjadi tanggung jawab
bersama, sebagai calon guru, haruslah menjadi suri tauladan yang
baik, terutama bagi murid – muridnya, hati nurani menjadi hal yang
penting yang tidak dapat dimunafikan.
BAB
III
Penutup
- Kesimpulan
Konflik dalam kampus Universitas Negeri Yogyakarta yang disebabkan
karena tidak disikapi dengan hati nurani hendaklah menjadi bahan
instrospeksi dan refleksi kita sebagai bagian konkret dari civitas
akademika UNY dalam menyikapi permasalahan yang terjadi.
Jika setiap mahasiswa meletakan hati nurani di atas akal dan pikiran,
perbedaan ataupun keragaman akan disikapinya dengan benar dan tidak
akan menimbulkan konflik yang dapat memecah-belahkan persatuan
mahasiswa UNY.
Ada kalanya logika manusia tidak dapat memberikan keputusan terbaik,
maka dengan hati nurani diharapkan dapat memegang kendali atas
keputusan kita. Hati nurani merupakan salah satu ”otak” dalam
pengambilan keputusan disamping logika. Hati nurani dapat juga
memberikan penilaian dan rasa tanggung jawab terhadap keputusan
tersebut. Hati nurani memiliki fungsi sebagai ”juri” atas diri
kita. Hati nurani akan terus memberikan penilaian terhadap perbuatan,
keputusan, dan cara hidup kita. Itulah mengapa hati nurani menjadi
penting sebagai sumber kesederajaan di atas keragaman mahasiswa
Universitas Negeri Yogyakarta demi terciptanya kehidupan sosial
dalam kampus yang harmonis dan tetap terjaga hubungan
kekeluargaannya.
- Saran
Marilah kita selalu bercermin kepada hati nurani, karena didalamnya
terkandung nilai-nilai luhur, yang akan membawa kemaslahatan bagi
kita sendiri dan orang-orang disekitar kita. Janganlah
pertimbangan-pertimbangan negatif lebih mendominasi, sehingga
menyebabkan “buta”nya hati nurani. Kembalilah kepada
pemikiran-pemikiran positif dalam mencermati suatu masalah dengan
koridornya adalah hati nurani. Janganlah konsep materialistis sampai
mengesampingkan hati nurani, kita tidak akan mampu lari dari
kesalahan-kesalahan akibat melawan nurani itu.
DAFTAR
PUSTAKA
M Setiadi, Dr. Elly, dkk. 2007. Ilmu Sosial Budaya Dasar.
Kencana – Prenada Media Group : Jakarta.
http://syaharuddin.wordpress.com/2010/04/10/masalah-keragaman-dalam-masyarakat-indonesia/
http://filsafatindonesia1001.wordpress.com/2009/08/11/filsafat-hati-nurani-bag-1/
http://www.dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1386:uny-tingkatkan-pendidikan-karakter-&catid=69:berita-terkait&Itemid=196
http://www.surabayapost.co.id/?mnu=citizen&act=view&id=73278a4a86960eeb576a8fd4c9ec6997
0 komentar:
Posting Komentar